Hampir satu tahun (secara official) saya menggeluti bidang usaha handmade. Tentu masih sedikit pengalaman yang saya alami. Tapi lumayan untuk dijadikan pelajaran bersama.
Handmade: SEMUANYA DIKERJAIN TANGAN!
Saat awal sekali saya memantapkan diri: ini adalah bisnis yang ingin saya geluti. Handmade. Dengan pengalaman yang masih minim, observasi yang kurang matang dan dana yang seadanya, saya bertekad memulai usaha.
Semuanya menyenangkan ketika di awal sudah kebanjiran pesanan lucu-lucu. Bagi saya membuat satu boneka adalah hal yang sangat indah, apalagi hasil pesanannya jadi super lucu. Namun ada bagian pembuatan yang sangat saya tidak sukai, yaitu packaging. Saking handmadenya, packaging saya di awal pure handmade. Kotak mika untuk boneka saya buat sendiri, handmade.
Saya tidak sadar bahwa ini bisa jadi pembuat bisnis saya tidak lancar, karena pembuatan pesanan lama di packaging. Sampai-sampai saat banyak orderan, saya sadari, ini harus dicari yang lebih efisien. Akhirnya saya browsing channel kotak-kotak mika tapi kok pesannya harus ratusan yah? Padahal yang saya butuhkan tidak sebanyak itu (insha Allah selanjutnya bisa sampai ratusan kotak mika yang saya simpan sebagai stok). Usaha saya tidak boleh berhenti hanya karena packaging yang handmade. Saya terus mencari channel kotak-kotak mika yang saya butuhkan. Hingga suatu saat, ketika saya ke tempat biasa membeli kebutuhan usaha handmade flanel ini, saya mendapatkan kotak mika yang sudah jadi. Betapa girangnya saya saat itu.
Satu tantangan sudah terselesaikan.
Perkenalan Kembali Setelah Vakum
Ketika saya harus memilih fokus antara bisnis flanel dan skripsi, banyak sekali pertimbangan yang saya pikirkan. Sejak awal penulisan skripsi hingga saya mendaftar untuk ikut ujian skripsi, saya masih bisa menerima pesanan dan mengerjakannya dengan pembagian waktu yang cukup adil. Pesanan rampung dan print-nan skripsipun selesai. Menjalani usaha di masa skripsi masih bisa saya jalani hingga waktu 2 bulan dari pendaftaran ujian sampai keluar jadwal 2 bulan kemudian.
Inilah saat-saat saya kembali harus memilih fokus. Usaha Flanel yang makin dikenal di kalangan kampus, teman-teman sekolah dan di jejaring sosial menjadi taruhannya. Tapi saya harus rela sejenak menunda semua pesanan dan memvakumkan usaha ini, dengan imbalan ujian skripsi dan revisian yang harus dijalani.
Mungkin inilah berkah yang Allah berikan pada saya, kerelaan menunda rezeki yang satu, datanglah rezeki yang lain. Yaitu kelulusan di jenjang S-1 dengan menjadi seorang Sarjana Pendidikan. Harga yang cukup pantas untuk menggantikan rezeki yang saya vakumkan. Satu bulan saya fokus mewujudkan amanah orang tua dalam pendidikan saya.
Selesai menjadi sarjana, tak menggiurkan saya segera menjadi pencari pekerjaan, saya mulai kembali pada usaha handmade yang sudah saya mulai. Satu lagi tantangan berat untuk usaha saya, yaitu memulai kembali. Memulai kembali buat saya adalah hal yang berat. Dengan dinamika sebulan dengan ujian skripsi dan revisian, setiap hari bergelut dengan skripsi, bolak-balik kampus, mengejar dosen sampai depok bahkan parung membuat saya harus sedikit menyesuaikan diri dengan flanel.
Perkenalan ulang bukan hanya pada pelanggan tercinta tapi juga perkenalan ulang untuk saya pribadi. Alhamdulillah waktu yang dibutuhkan tak selama waktu saya merevisi skripsi pasca ujian. Kurang dari satu bulan, saya kembali aktifkan lagi pemesanan flanel, saya gencarkan iklan di jejaring sosial, membuat akun di Toko Bagus, membuat postingan di FB, rajin berkicau di Twitter dan puncaknya sekarang saya membuat blog khusus untuk usaha flanel ini.
Mudah-mudahan perkenalan ulang ini membawa hasil yang menggembirakan kelak dan konsistensi perkenalan ini selalu saya lakukan. Supaya orang-orang selalu ingat Rumah53154. :)
Mulai Lagi: Kehilangan Agen Pemasok!
Ternyata tantangan yang saya hadapi ketika officially menekuni bisnis ini tidak pernah habis, insha Allah begitu juga dengan pesanan yang selalu ada, amiiin..hehe. Kembali saya diberikan Allah tantangan saat datang order besar yang membuat saya harus kembali ke agen pemasok bahan dasar usaha saya. Tentunya pemasok banyak, tapi pemasok yang sesuai kebutuhan itu yang sedikit. Nah, yang sedikit inilah yang saya incar. Dengan langkah pasti siang itu saya mendatangi toko tersebut. Kagetlah saya ketika tidak lagi saya temukan tumpukan bahan flanel yang biasa bertengger disana. Berubah! Menjadi komoditi yang lain tapi dengan penjual yang sama. Langkah pasti mendadak berganti menjadi langkah gontai.
"Udah gak jualan flanel lagi" ujar penjualnya. Miris sekali saya mendengarnya. Padahal disanalah flanel yang bisa dibeli dengan negosiasi yang bersahabat.
Akhirnya saya harus berpaling dari toko tersebut dan mencari toko lain (yang saya ketahui menjual bahan yang saya butuhkan). Alhamdulillah Allah Maha Pengasih, saya mendapatkan tempat pengganti yang saya butuhkan. :)
Ceritanya sampai di sini dulu yah.. Semoga bisa menjadi pembelajaran untuk bersama..
Salam,
Rumah53154
Tidak ada komentar:
Posting Komentar